Just another free Blogger theme

Kamis, 26 Februari 2015


        Assalamualikum. Salam sejahtera bagi kita semua sarjana hukum, Horas ! Saya pemuda tampan MEDAN yang ingin berbagi sedikit tentang cerita saya setelah lulus dari Universitas yang menggembleng saya selama 4 tahun hingga saya lulus Ujian Profesi Advokat. Setelah lulus dengan titel sarajana hukum, pada umumnya anak hukum memiliki 3 pilihan :
  • Kerja menjadi karyawan ataupun mendaftar pegawai negeri sipil/PNS (kerja di bank, perusahaan swasta, testing hakim, jaksa, dll) ; 
  • Mengambil magister kenotariatan menjadi S2/notaris  ;
  •  Menjadi Pengacara.
Jujur saja, awalnya saya memilih untuk mengikuti ujian masuk Pegawai Negeri Sipil untuk mengejar cita-cita saya dari kecil, yaitu menjadi seorang duta besar Indonesia tanah air tercinta.  Tapi apa daya setelah tiga kali mengikuti ujian tes pengetahuan akademik Kemenlu, saya gak lulus-lulus lek ! hahhaha…duta gak jadi besar badan aja yang ada. “But life doesn’t stop at one dream” kalo kata saya mah. Kemudian saya juga mencoba cita-cita saya yang lain yaitu mengambil pascasarjana di Universitas Indonesia ataupun Universitas Padjadjaran. Dan lagi-lagi saya tidak lulus brur ! Oleh karena itu, saya mengejar cita-cita saya yang satu lagi yaitu menjadi lawyer/pengacara. The journey starts here! Saya harus bisa !, saya motivasi diri saya sendiri. Kalau tidak lulus juga, saya mau jualan pulsa keliling aja. Pulsaaaaaa…pulsaaaa…
Karena saya akan membidangi dunia pengacara, saya melamar di Kantor Hukum yang akhirnya saya keterima magang di salah satu Kantor Pengacara yang bonafit di Medan. Setelah beberapa bulan berjalan dengan jobdesk fotokopi, tukang beli makan siang, membuat Surat Kuasa, ambil salinan putusan, mengantar somasi dll, akhirnya saya mendapat kabar PKPA (Pendidikan khusus Profesi Advokat) di salah satu tempat pendidikan di Medan membuka pendaftaran. Lalu saya mendaftar dan ternyata WOW sekali biaya mengikuti pendidikannya. Kalau tidak salah estimasi biaya yang harus saya keluarkan hingga mendapatkan Sertifikat PKPA ialah sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta bro !).
Pendidikan Khusus Profesi Advokat merupakan syarat yang tertuang dalam UU No. 18 tahun 2003 yang wajib diikuti oleh calon pengacara. Selama mengikuti PKPA selama 3 bulan yang kelas sabtu minggu karena saya kerja, saya dapat ilmu dan beberapa masukan pengalaman dari para pemateri seperti pengacara senior, jaksa, hakim, dan beberapa tokoh yang mendalami dunia hukum.
Walaupun banyak ilmu yang didapat setelah mengikuti PKPA, saya masih merasa diri saya kurang pengetahuan tentang hukum. Alhamdulillahnya, ilmu yang saya perlukan ditambah dari keseharian pekerjaan saya di kantor advokat. Jadi kalau boleh saran kepada calon pengacara di luar sana, sebelum mengikuti UPA (Ujian Profesi Advokat) baiknya kamu menambah pengetahuan dengan magang di kantor pegacara atau pun kantor lain yang berkaitan dengan hukum. Karena dari pengalaman saya, banyak senior yang sudah lama magang di kantor pengacara, belum lulus UPA. Apalagi kita yang tidak terjun langsung dunia hukum.
Berjalan waktu berselang, akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga. PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) membuka pendaftaran peserta ujian di Medan yang mana setahu saya ujiannya serentak diadakan seluruh Indonesia. Saya datang ke tempat pendaftaran di salah satu hotel di Kota Medan, mengambil formulir ujian, mengisi biodata, memberikan fotokopi sertifikat dan membayar lagi sejumlah uang sebesar Rp. 1.000.000,- dengan cara mentransfer di bank ke Nomor rekening PERADI pusat di Jakarta. Lagi, tips buat calon pengacara agar jangan menunda-nunda untuk mendaftar UPA. Karena biasanya mereka tidak membuka jadwal pendaftaran lebih dari seminggu. Kalau tidak salah zaman saya 2012, PERADI hanya membuka pendaftaran selama 3 hari.
Dua minggu kemudian, waktu untuk battle datang. Pagi pada hari H tidak lupa berdoa agar dilancarkan semuanya. Pada waktu itu, saya ujian di salah satu hotel di Kota Medan. Saya tidak tahu jumlah seluruh peserta nya, tapi apabila saya kira-kira ada sekitar 800-an orang lebih. Sesaat sebelum ujian saya ke kamar mandi, agar pada saat ujian tidak ngulah heboh mau buang air kecil. Ternyata banyak sekali orang di kamar mandi, dengan kapasitas toilet yang tidak dapat menampung air seni para peserta. Di kamar mandi lah, banyak curhatan yang terucap dari berbagai peserta. Ada yang ujian hingga 13 kali belum lulus” juga. Ada yang ujian dari masih harga pendaftaran ujian hanya sekitar Rp. 500.000,-an hingga mencapai satu juta pada saat itu. Dan berbagai info menarik tentang cara menjawab soal ujian.
Setelah saya lelah mendengar info dan curhatan dari berbagai peserta, saya kembali ke tempat duduk dan ujian pun dimulai. Perlengkapan yang saya bawa, lengkap. Agar tidak sibuk meminjam kiri dan kanan. Selesai ujian seluruh peserta heboh membahas soal ujian tersebut. Ada yang ketakutan, ada yang merasa dia bisa jawab seluruh soalnya, dll. Yakinlah, rata-rata yang merasa dia paling benar, malah yang tidak lulus.
Maju ke dua bulan berikutnya, pengumuman pun keluar. Jeng jeng jeng…! Astaghfirullah.. saya tidak lulus ujian. Merasa bingung, down, kacau, dan sebagainya. Sempat berpikir apa memang saya sebodoh ini ya. Dari semua keinginan saya tidak ada yang terpenuhi. Apa jualan pulsa keliling benar harus dijalani ? Lalu saya mencoba bercerita ke teman yang lulus. Apa saya harus ikut lagi? Teman-teman berkata, “bukannya kau dengar di kamar mandi kalau ada yang ujian sampe belasan kali ? Terus kau nyerah?”
Saya bulatkan tekad agar benar-benar dalam ujian tahun depan. Sebagai info untuk pembaca semua, saya bukan tipe kutu buku atau mahasiswa yang pintar-pintar banget yang biasanya jadi unggulan dikelas. Tetapi, bila bicara mengenai hukum saya memang suka dan penasaran bawaannya. Saya dulu mahasiswa biasa yang masa kuliahnya seperti anak kuliah pada umumnya. Cabut kuliah, main game on line, PS, pacaran, dan sesekali “duduk gemetaran”. Penyesalan itu akhirnya datang sekarang. Saya harus mengejar ilmu yang saya sia-sia kan di bangku kuliah.
Meriview ujian pertama, saya buat list yang saya lakukan dan tidak saya lakukan pada saat ujian pertama. Dan ini beberapa kelemahan saya ;
-          Kurang membaca contoh soal tahun-tahun sebelumnya ;
-          Tidak ada mengikuti kelompok belajar ;
-          Tidak ada mengikuti try out ujian Peradi
-          Dan yang paling penting, kemauan untuk lulus yang belum besar.
Akhirnya setelah saya tahu kekurangan saya, saya memenuhi kekurangan tersebut dan mencoba untuk lebih dari ujian sebelumnya. Sampai-sampai foto saya yang dipampang salah satu media cetak lokal waktu mengikuti try out yang diadakan salah satu bimbingan belajar di Kota Medan.
      (itu saya yang paling depan masbro. Sadar kamera banget ya hahaha…)
 
Setahun kemudian, Peradi kembali membuka pendaftaran ujian dan saya pun mendaftar. Alhamdulillah saya lulus gan ! Setelah lulus saya kira udah sah jadi pengcara. Ternyata menunggu lagi dikirimnya Sertifikat kelulusan dari Jakarta, dan Kartu ujian Sementara yang prosesnya itu tidak sebentar.
Pesan moral dari cerita saya ini, jangan CEPAT MENYERAH. Dapetin apa yang kamu mau dengan sungguh-sungguh bang! Dan saya berharap sedikit tips-tips yang saya berikan di atas, dapat membantu calon-calon Pengacara di luar sana.

Nb : kalau banyak diemukan tanda baca “!” di atas harap maklum. Anak medan, ngomong aja yang keras. Hatinya sebenarnya lembut :)


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

20 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Good start of writing. hopefully there will be lots of fun in your life, so there will be lots of writing from you.. Good luck with you Mr Lawyer :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. I've made a lot of mistake. And i miss u..

      Hapus
  3. inspiratif sekali laeku.jatuh berkali kali pun harus teap bangun hheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasik laek. Smoga bs membantu kawan" yg sedang berjuang!

      Hapus
  4. Bang.. mau tanya, kalo mau ikut sekolah PKPA apa harus jadi anggota organisasi advokat dulu? Saya masih semester 7. Tapi cita2 pengen bgt jadi pengacara. Jadi masih awam banget soal ini. Tolong infonya ya bang. Thankyouuuuwwww

    BalasHapus
  5. Bang.. mau tanya, kalo mau ikut sekolah PKPA apa harus jadi anggota organisasi advokat dulu? Saya masih semester 7. Tapi cita2 pengen bgt jadi pengacara. Jadi masih awam banget soal ini. Tolong infonya ya bang. Thankyouuuuwwww

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo dek tambunan. Gak harus jd anggota dulu. Syarat ikut sekolahnya harus sarjana hukum, ada biaya buat sekolah yg kalau sekarang sekitar 4 jt-an dan gak jomblo hahaha

      Hapus
  6. Sangat membantu dan bsa menjadi motivasi bagi para calon-calon pengacara..

    BalasHapus
  7. Sangat membantu dan bsa menjadi motivasi bagi para calon-calon pengacara..

    BalasHapus
  8. Kak mau nanya klw ikut pkpa tu berapa tahun ya kelarnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. PKPA cuma sebulan,, paling lama 3 bulan... tergantung masuk setiap minggu atau harian...

      Hapus
  9. Buku apa saja bang yg harus dipelajari ..untuk persiapan.

    BalasHapus
  10. Aduh bg aku eisuda baru bulan tafi sehari lewat... rencana aku mau ikut PKPA di thn 2019 m. Doakan adek mu ini bang

    BalasHapus
  11. Numpang tnya
    Klu pkpa yg di selenggarakan di hotel atau gedung ... apa beda ny sm yg di kampus" y

    BalasHapus
  12. Numpang tnya
    Klu pkpa yg di selenggarakan di hotel atau gedung ... apa beda ny sm yg di kampus" y

    BalasHapus
  13. Kalau ujian berkali2 harus ulang pkpa lagi kah? Atau ujian aja yg diulang2

    BalasHapus